~ Perhatian ~
Paijo (bukan nama sebenarnya) murid SMP, berperawakan sedang, kulit gelap, hidung mancung. Secara keseluruhan wajahnya cukup enak dipandang.
Manis..
Beberapa minggu terakhir, Paijo dibenci teman satu kelasnya. Saat skenario pembelajaran berkelompok semua kelompok tidak mau menampung, dia terisolir.
Di arsip data sosiometri beberapa bulan sebelumnya. Tak ada masalah dengan anak ini. Bukan star, tapi tidak terisolir.
Something wrong with him...
Menurut teman-temannya, belakangan Paijo berubah menjadi sosok yang menyebalkan, Suka "ngegas" kalau bahasa anak sekarang, ditanya sesuatu jawabnya selalu sambil bentak-bentak. Senang menantang memicu perkelahian dan mengganggu anak perempuan.
****
Dengan mata berkaca-kaca ia menceritakan masa kecilnya yang suram. Ibu pergi bekerja ke luar negeri, tidak pernah pulang dan tidak tau rimbanya.
Ada rindu yang terasa sesak ketika dia menceritakan Ibunya.
"Tidak banyak yang saya ingat tentang Mama, bu" katanya sambil menyeka sudut mata dengan jari-jari. "Kenangan saya terakhir saat ikut lomba menari di kecamatan. Saya masih TK waktu itu. Saya rindu bu.." pertahanannya jebol. Ia menangis.
Setelah kepergian Ibunya, ia tinggal bersama Ayah dan kakek dari pihak Ayah. Ayahnya sibuk bekerja sementara sang kakek tidak begitu peduli padanya. Belum lagi belakangan sang Ayah tidak akur dengan kakek dan paman yang tinggal satu rumah. Dia tidak betah di rumah, butuh perhatian.
Paijo adalah murid saya. Sudah lulus beberapa tahun lalu.
Setelah kejadian itu, saya dan wali kelas berkolaborasi positif dengan keluarganya. Lambat laun Paijo mulai berubah. Dukungan orangtua dan keluarga sangatlah penting dalam membentuk kepribadian anak.
****
Banyak masalah yang timbul di sekolah berawal dari rumah.
Rumah yang diharapkan menjadi tempat paling nyaman untuk pulang, tak lagi dirindukan oleh mereka. Ayah sibuk bekerja ibu entah dimana. Atau keduanya ada tapi sering bertengkar dan sibuk sendiri.
Lalu apa yang bisa dilakukan remaja seperti Paijo untuk menarik perhatian orang tuanya?
Membuat onar di sekolah.
Dengan berulah disekolah dia berharap ada sedikit perhatian tertoleh untuknya. Tuntutan sederhana, sesederhana logika berpikir anak yang baru lulus SD.
Ketika ia bermasalah, orangtuanya akan dipanggil ke sekolah, maka saat itulah ia merasa memiliki orangtua. Merasa diperhatikan.
Sebenarnya dia hanya butuh perhatian.
***
Mari kita lihat lagi rumah kita.
Sudahkah anak-anak nyaman memiliki orangtua seperti kita?
Sudahkah rumah kita menjadi tempat yang paling dirindukan anak-anak saat mereka diluar?
Sudahkah rumah yang kita huni menjadi "Baity Jannaty"?
Rumah idaman yang penuh cinta dan kasih sayang. Rumah impian yang menanamkan nilai-nilai Ilahiyah pada semua penghuninya. Rumah surga yang insya allah melahirkan generasi rabbani.
Mari bermuhasabah...
Jangan berhenti untuk terus belajar menjadi orang tua, berproses untuk menjadi insan kamil mendidik generasi penerus bangsa.
Sebab, mendidik anak sholih berakhlakul karimah berawal dari rumah.
Komentar
Posting Komentar