Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

“DIKSIMU DIRIMU”

Gambar
Suatu hari Abu Dzar bertemu dengan Bilal bin Rabbah, seorang laki-laki berkulit hitam dari Habasyah yang sekarang kita kenal dengan Ethiopia. Sebuah Negara yang mayoritas penduduknya berkulit hitam. Ketika itu Abu Dzar memanggil Bilal dengan “Ya Ibnul Aswad…!” (heh orang hitam…). Mendengar panggilan itu Bilal tidak menoleh, dia tersinggung lalu melaporkan perbuatan Abu Dzar kepada Rasulullah. Dia katakan kepada Rasulullah, meskipun ia memang hitam dan berasal dari daerah yang mayoritas penduduknya berkulit hitam tapi tak suka jika dipanggil demikian. Rasulullah kemudian meminta Bilal untuk mencari Abu Dzar dan mengatakan bahwa Rasul mencarinya. Abu Dzar yang mendengar panggilan itu langsung menemui Rasulullah. “Wahai Abu Dzar apakah kau tadi bertemu dengan Bilal dan memanggilnya dengan Ibnul Aswad?” tanya Rasulullah, Abu Dzar pun mengiyakan hal tersebut. Rasulullah kemudian berkata “sesungguhnya pada dirimu masih ada sifat jahiliyah, minta maaflah kepada Bilal yang sakit hati...

~Teman Perjalanan~

Gambar
⠀ Setiap hari menembus pagi ke arah timur kota sejauh lima belas kilometer, saya disuguhi pemandangan pedesaan yang indah. Hamparan sawah hijau dan kebun tebu yang luas disepanjang jalan. ⠀ Anak-anak berangkat sekolah mengayuh sepeda angin, bercanda riang gembira, tanpa beban. Di kanan kiri jalan saya bertemu Ibu-ibu berjarit menggendong bakul dari anyaman bambu (rinjing, orang jawa menyebutnya) berjalan kaki pulang dari pasar. Bapak petani yang siap dengan cangkul di pundak dan menjinjing teko berisi kopi ditangan kanan.⠀ ⠀ Tak jarang di depan kendaraan saya para peternak yang membonceng rumput di jok belakang motor mereka. Atau pedagang sayur dan buah yang berangkat ke pasar grosir di kota.⠀ ⠀ Senyum ketulusan senantiasa tersungging di wajah-wajah mereka. Damai, bahagia... Senyum tulus mereka adalah sebuah wujud syukur, yakni rasa yang membuat hati tenang sebab ini adalah tentang kecukupan. Merasa cukup dengan apa yang dimiliki, merasa puas dengan apa yang dijalani. Syuk...

~ GHIBAH ~

Gambar
"mbak, tadi aku ketemu mbak Anu. Katanya samean sombong" Nita menowel lengan Sari yang sedang sibuk mengiris bawang. Mereka sedang memasak bersama, Nita adalah adik Sari dan mbak Anu yang disebut Nita adalah sepupu mereka. Sari bengong, terakhir ketemu mbak anu sekitar dua taun yang lalu. Seingatnya situasi terakhir mereka bertemu di sebuah acara walimatul ursy saudara dan mereka baik-baik saja. Berpelukan, cipika cipiki, bertukar kabar lalu berpencar berburu kuliner. "Dimana letak sombongku??" Pikir Sari. "Entahlah, mungkin ada sikapku yang membuat mbak anu tak nyaman" dia bicara pada dirinya sendiri sambil beristighfar... ============ "Bu, tadi kamu dirasani Bu Ono katanya kamu ambisius, memaksakan anakmu masuk kelas akselerasi. Emang bener tah mbak si Rani itu samean paksa?" Whattt??? Dian membelalakkan mata, shock sebentar lalu tersenyum . Dian dan bu Ono hampir tak pernah bertatap muka langsung. "Kok bisa dia bicara beg...

~HUJAN~⠀

Gambar
Hujan adalah rahmat, menikmati suara hujan seindah musik yang menenangkan. Mencintai rintiknya seperti berada dalam labirin damai yang membuat kita enggan beranjak.⠀ ⠀ Suamiku adalah penikmat hujan dan aku mencintai rinainya. Bau tanah basah setelah hujan terasa segar melonggarkan paru-paru. Maka, Ketika banyak orangtua menyimpan anaknya dan mengunci rapat pintu rumah saat hujan turun, tidak dengan kami.⠀ ⠀ Hujan deras dan anak-anak sehat, itulah waktu yang tepat untuk bersenang-senang bersama mereka. Bermain air, bersepeda, berkejaran dibawah derasnya air langit. ⠀ ⠀ Dulu, saat anak-anak bermain hujan seperti itu orang yang lewat didepan rumah meneriaki mereka agar segera berteduh dan berganti baju. Anak-anak akan membalas dengan senyuman dan kalimat yang diajarkan ayahnya, "inggih pakde/budhe, maturnuwun. Insya allah mboten nopo-nopo" (iya pakde/budhe, terima kasih. Insya Allah tidak apa-apa)⠀ ⠀ Terimakasih telah mengkhawatirkan kami. Tapi sungguh anak-anak baik-...

~ MENARA SEDOTAN ~

Gambar
Kemarin saya beres-beres laundry room. Sebenarnya bekas kamar pembantu yang dialih fungsikan menjadi pusat dunia pergombalan, Fikri menamai ruangan dibelakang dapur itu dengan Laundry Room. Jadi keren kan? Hehe.... Nah, pas beberes itu saya nemu harta karun. Segebog sedotan jus yang (entah dulu) dibeli untuk apa, sumpah banyak buanget. Saat memandangi bundelan sedotan, tiba-tiba terlintas dalam pikiran untuk mengajak murid-murid bersenang-senang dengan harta temuan itu. Keesokan harinya saya bawa bundelan itu ke sekolah. Setelah berdoa dan mengabsen, anak-anak saya minta membagi diri menjadi empat kelompok. Dua kelompok putra dan dua kelompok putri. Masing-masing kelompok terdiri dari 8 anak. Saya beri modal perkelompok 20 batang sedotan, tugas mereka adalah membuat sebuah menara dari sedotan-sedotan itu. Menara yang paling kuat dan paling tinggilah yang akan menjadi juaranya. Anak-anak antusias berlomba membuat menara terbaik dan terkuat. Menara buatan mereka bagus, tingg...

~RIDHO~

Gambar
Pemuda itu sudah kerasan di jogja. Menyelesaikan sekolah menengah di sana dia lantas mendaftar ke perguruan tinggi negeri impiannya dan diterima.⠀ ⠀ Ia bawa kabar bahagia itu kepada ibunda di Jawa Timur. Dengan penuh semangat dikatakan bahwa ia telah diterima di universitas negeri bonafid di Indonesia, tinggal daftar ulang dan dia akan menjadi mahasiswa. Kepada sang ibu ia berjanji akan mencari beasiswa agar tidak memberatkan beban keluarga.⠀ ⠀ Jauh diujung telepon, ibu pemuda itu mendengarkan sambil menangis dalam diam. Tak tega rasanya meminta sang anak pulang, anak yang paling penurut, yang tak pernah menuntut apapun sampai dewasa.⠀ ⠀ Tapi rasanya tak mungkin untuk membiayai kuliah di jogja. Wanita itu mungkin mampu membayar biaya SPP, tapi sang anak juga butuh kamar kost, makan, buku, komputer dan biaya lain-lain. Sementara masih ada tiga anak lagi di rumah yang butuh biaya sekolah. Waktu itu usaha suaminya masih belum stabil.⠀ ⠀ Maka dengan mata basah dan suara lemah ia be...