~ GHIBAH ~

"mbak, tadi aku ketemu mbak Anu. Katanya samean sombong" Nita menowel lengan Sari yang sedang sibuk mengiris bawang. Mereka sedang memasak bersama, Nita adalah adik Sari dan mbak Anu yang disebut Nita adalah sepupu mereka.

Sari bengong, terakhir ketemu mbak anu sekitar dua taun yang lalu. Seingatnya situasi terakhir mereka bertemu di sebuah acara walimatul ursy saudara dan mereka baik-baik saja. Berpelukan, cipika cipiki, bertukar kabar lalu berpencar berburu kuliner.

"Dimana letak sombongku??" Pikir Sari. "Entahlah, mungkin ada sikapku yang membuat mbak anu tak nyaman" dia bicara pada dirinya sendiri sambil beristighfar...

============

"Bu, tadi kamu dirasani Bu Ono katanya kamu ambisius, memaksakan anakmu masuk kelas akselerasi. Emang bener tah mbak si Rani itu samean paksa?"

Whattt???

Dian membelalakkan mata, shock sebentar lalu tersenyum . Dian dan bu Ono hampir tak pernah bertatap muka langsung.

"Kok bisa dia bicara begitu ya? dia kan nggak tau yang sebenarnya terjadi" batin Dian sedih.

Ah sudahlah, Bu Ono tidak tau bahwa sampe tiga kali di tiga tempat dan situasi berbeda suami Dian mengajak si sulung Rani bicara dari hati ke hati "apakah kamu benar2 siap masuk kelas percepatan itu, dengan segala konsekuensinya? Ayah tidak memaksa, jika kamu merasa itu berat, maka ayah menyerahkan keputusan padamu nduk" dan si sulung keukeuh pada keputusannya untuk menjalani program ini.

Sudahlah, tak apa dianggap seperti itu. Dian pun hanya bisa menarik nafas panjang dan beristighfar...

=============
"Bu, ternyata samean orangnya biasa aja ya. Padahal dulu aku dengar gosip dari bu Inu samean jaim, angkuh dan jutek"

Hihihi... Murni meringis menahan kaget.

Bu Inu adalah tetangganya di rumah dinas. Usia bu Inu jauh diatas Murni. Hubungan mereka baik. Murni sering mengirimi bu Inu makanan. Karena punya bayi maka mbok yang membantunyalah yang sering disuruh.

Apa ini dianggap jaim?

Padahal doi pun begitu, sering mengirimi Murni makanan nyuruh pembantunya. Bu Inu juga sering main ke rumah Murni, ngobrol dan berbagi resep masakan. Menurut Murni mereka akrab layaknya saudara.

Eh ternyata...

Lalu Murni pun hanya bisa beristighfar memohon ampun atas sikapnya yang mungkin tak dia sadari membuat bu Inu kesal.

=======
Intinya gaes...

"Apik - elek" panggah dirasani
"Adoh - cidek" panggah dirasani
"Sering petuk - jarang petuk" panggah dirasani

Sebab manusia itu memang diciptakan sebagai makhluk yang pandai membuat kesimpulan. Dia menyimpulkan si ini begini si itu begitu melalui sudut pandangnya sendiri. Parahnya kesimpulan subyektifnya ini kemudian disebarkan, dibicarkan kepada orang lain.

Hati hati ghibah gaess...

“Tahukah kalian apa itu ghibah?” tanya Rasulullah kepada para sahabatnya. Sahabat menjawab : "Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui". Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Yaitu engkau menyebutkan (mengumpat) sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”, Kemudian ada yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Bagaimanakah pendapat engkau bila yang disebutkan itu memang benar ada padanya ? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Kalau memang ia benar begitu berarti engkau telah mengumpatnya. Tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya” ( HR Muslim no 2589, Abu Dawud no 4874, At-Tirmidzi no 1999)

Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan kita dari dosa ini. Dan senantiasa menambahkan taufik dan hidayahNya untuk kita semua.

~ Ovi ~
"Menulis, mengingatkan diri sendiri"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

~HUJAN~⠀

“AKU INGIN TERUS SEKOLAH, BU..”

“BOLEHKAH AKU IKUT BELAJAR?”