Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

~ Perhatian ~

Gambar
Paijo (bukan nama sebenarnya) murid SMP, berperawakan sedang, kulit gelap, hidung mancung. Secara keseluruhan wajahnya cukup enak dipandang. Manis.. Beberapa minggu terakhir, Paijo dibenci teman satu kelasnya. Saat skenario pembelajaran berkelompok semua kelompok tidak mau menampung, dia terisolir. Di arsip data sosiometri beberapa bulan sebelumnya. Tak ada masalah dengan anak ini. Bukan star, tapi tidak terisolir. Something wrong with him... Menurut teman-temannya, belakangan Paijo berubah menjadi sosok yang menyebalkan, Suka "ngegas" kalau bahasa anak sekarang, ditanya sesuatu jawabnya selalu sambil bentak-bentak. Senang menantang memicu perkelahian dan mengganggu anak perempuan. **** Dengan mata berkaca-kaca ia menceritakan masa kecilnya yang suram. Ibu pergi bekerja ke luar negeri, tidak pernah pulang dan tidak tau rimbanya. Ada rindu yang terasa sesak ketika dia menceritakan Ibunya. "Tidak banyak yang saya ingat tentang Mama, bu" katanya sambil menyeka sudut...

~ Berlari atau Tertinggal ~

Gambar
Liburan perdana setelah mondok, Zaki, keponakan saya yang tadinya gendut menjadi langsing. Berat badannya turun drastis. "Langsingan le" tanya saya menunjuk perutnya yang rata. "Iya tante, lumayan diet alami. Gimana gak langsing orang tiap saat lari" katanya sambil tertawa. Saya jadi ingat saat mondok dulu. Lari memang cara paling efisien bagi santri agar tidak terlambat mengikuti kegiatan Pesantren yang padat. Pulang subuhan di masjid, lari supaya dapat antrian kamar mandi. Selesai mandi, lari ke dapur umum untuk antri makan. Pulang sekolah, berganti mukena lalu lari ke masjid supaya dapat shaf depan. Masya allah. Para santri itu bahagia menjalaninya. Tidak nelongso, tidak mengeluh. Allah cabut rasa lelah pada diri mereka, yang ada hanya tawa ceria. Jikapun mereka pernah menangis itu bukan tangis kelelahan melainkan tangis rindu pada orangtua. Wajar. Sejatinya mereka bahagia menjalani kehidupan di Pesantren. Pendidikan Pesantren mengajarkan seorang santri untuk...

Yuk ke Museum

Gambar
Awalnya saya termasuk orang yang tidak menyukai museum. Dalam benak saya mengunjungi museum tidak asyik, membosankan.  Mungkin karena dulu waktu sekolah jarang sekali kami diajak ke museum, sekalinya kujungan ke museum kesan pertama yang terjadi sungguh menyebalkan. Bayangkan, kalian mengunjungi sebuah bangunan tua yang berisi barang-barang bersejarah yang umurnya puluhan bahkan ratusan tahun lalu disambut petugas museum yang tak kalah jadul, baik penampilan dan gaya bicaranya. Sementara kalian adalah serombongan remaja yang aktif, kekinian dan banyak bertanya. Sungguh membosankan bukan?? Maka yang terjadi selanjutnya, museum adalah tempat yang membosankan terstempel di benakku. Sialnya, itu terbawa sampai dewasa. Mengunjungi museum tidak pernah masuk dalam list holiday trip keluarga kecilku.  Sampai suatu siang yang terik di Singapura, suami mengusulkan kami mengunjungi National Museum of Singapore. Museum tertua yang memamerkan sejarah Sing...