Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Puisi ~ Judul : Oalah Mbokde

Oalah mbokde ternyata sampeyan marah to Oalah mbokde marahnya ke aku to Oalah mbokde aku kok ra rumongso Mbokde, tak beri tau yo Semakin aku nggobloki sampeyan akan semakin mangkel lo Semakin mangkel darah tinggimu kumat lo Berobat sekarang mahal lo Oalah mbokde... Kalau seperti ini terus kapan majunya sampeyan? Itu lihat anak2 muda sudah dolan sampe ke amerika Lha sampeyan sik panggah mulek nang kene aja Tau kenapa mbokde?? Sebab sampeyan terlalu sibuk ngurusi aku Aku ini sudah kurus mbokde, ora usah di (k)urusin lagi Nanti kalau aku kayunen karena langsing terus aku dadi artis piye? Sampeyan akan sedih kehilangan aku mbokde #halah 😁😁😁 Sudahlah mbokde... Su'udhonmu itu menyiksa batinmu dewe Aku ini bukan siapa2 mbokde Percoyolah aku bukan ancaman bagi keberlangsungan hidupmu mbokde Suudhon yang terus diomong omongke Sama dengan fitnah mbokde Samean paham to kalau fitnah lebih kejam dari pada membunuh? Bih, medeni mbokde......

Hidup Sekali Hiduplah Yang Berarti

Saat dalam kandungan janin berkata "apa fungsi tangan? Merepotkan sekali. Untuk apa kaki? Bikin penuh perut ibu. Aku kan tidak butuh ini, aku tidak kemana2" Ketika lahir janin baru tahu betapa pentingnya tangan dan kaki. Betapa repotnya jika tak punya tangan dan kaki. Sama dengan manusia. Saat hidup di dunia mempertanyakan "untuk apa sholat? Menyita waktu saja. Untuk apa zakat, infaq, shodaqoh? Mengurangi harta yang susah payah dikumpulkan. Untuk apa puasa? Untuk apa membina hubungan baik dengan sesama? Toh tanpa melakukan semua itu kita tetap hidup, bernafas dan bisa beraktivitas" Setelah meninggal, manusia baru tahu betapa pentingnya sholat, puasa, zakat, infaq, shodaqah dan silaturahmi. Ternyata hanya amal baik yang bisa menolong kita setelah mati. Betapa menyesalnya janin andai waktu itu dia memotong tangan dan kakinya. Betapa menyesalnya manusia yang mati dan dia tidak mau melaksanakan perintah Allah ketika masih hidup. Dia baru tahu setelah mati, menyesal....

Sanah Helwah Fikri 12th

Gambar
Rasanya baru kemarin ayah mengajarimu berjalan Le, tertatih-tatih dan tak jarang jatuh. Ayah dengan sabar menuntunmu selangkah demi selangkah hingga kau bisa berjalan tanpa berpegangan di tangan Ayahmu... hari ini kau sudah terampil berjalan, berlari dan berenang  Rasanya baru kemarin kau belajar makan sendiri Nang, sembari belepotan dan aku duduk disampingmu tertawa-tawa melihat mulutmu penuh nasi... hari ini kau sudah pandai memegang sendok, garpu dan sumpit tanpa tumpah bahkan sudah bisa menentukan menu makanmu... Seperti baru kemarin Ayahmu pulang dari dinas luar kota membawa buku-buku untukmu, kau bolak-balik lembar lembar halamannya dengan gembira padahal kau belum bisa membaca.... hari ini kau hanya butuh seminggu untuk melahap 24 jilid ensiklopedi sains anak. Seperti baru kemarin aku mengajarimu abatatsa, abecede. kita bermain guru-guruan dan kau selalu minta jadi gurunya (persis adekmu sekarang).... hari ini kau sudah pandai mengaji, pidato dan bernya...