REJEKI

Ini bukan tentang kesialan, mungkin ini cara Tuhan membagi rejeki. Ini juga bukan tentang perjuangan menghadapi badai, tapi bagimana menari di tengah hujan.

Suatu hari, saya pulang dua jam lebih awal dari hari biasa. Ada kegiatan di luar kantor dan dekat dengan rumah. Kegiatan itu, semula dijadwalkan sampai sore, ternyata dimampatkan dan selesai lebih awal.

Bahagia sekali rasanya. Ada banyak rencana untuk diskon dua jam itu. Saya ingin mencoba resep baru, camilan anak-anak berbahan dasar tepung sagu. Jadi rencananya saya akan ke pasar membeli ikan, udang, daun bawang dan bahan lainnya.

Nyatanya, ban depan motor saya bocor. Baiklah, tambal dulu. Saya tanya sekurity di pintu gerbang, katanya dua ratus meter ke utara ada tukang tambal ban. Saya tuntun motor kesana.

Krik..krik...krik...

Sepi...

Orangnya entah kemana. Saya amati sekitar, ternyata seratus meter di utaranya ada lagi tukang tambal ban. Dengan keringat yang mulai membasahi punggung dan menetes disela sela hijab, saya tuntun motor yang besarnya membuat badan mungil saya tenggelam itu dengan susah payah.

Sampai disana, tempatnya buka tapi orangnya nggak ada. Kata toko sebelah petugas sedang makan siang.

Oh Tuhan, ampuni dosaku hari ini...

Di selatan, dua ratus meter dari situ ada tambal ban. Tapi ada diseberang jalan. Padahal ini adalah jalan provinsi yang lebarnya hampir 10 meter. Bismillah menyebrang hampir setengah jam, rame sekali jalan raya di jam 12 siang. Truk fuso keluar semua.

Alhamdulillah Bapak tukang tambal bannya ada di dalam dan langsung ditangani. Ada tukang bakso disebelahnya. Maka sembari menunggu motor ditambal saya menikmati semangkuk bakso dan es teh yang segar. Dan diskon dua jam itu hangus sudah.



Rejeki bapak tambal ban dan tukang bakso. Rejekiku hari itu, ngalor ngidul nuntun motor. Tetap Alhamdulillah, ternyata baksonya enak.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

~HUJAN~⠀

“AKU INGIN TERUS SEKOLAH, BU..”

“BOLEHKAH AKU IKUT BELAJAR?”