Langsung ke konten utama

WAHAI PELAJAR, MARI BERHENTI SEJENAK… (Renungan Untuk Pelajar Dalam Memaknai Hari Kebangkitan Nasional)



Oleh : Novie Anggriani, S.Psi

Tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Bagi pelajar kegiatan rutin yang dilakukan adalah Upacara Bendera. Berdiri ditengah terik mentari pagi menjelang siang, mendengarkan inspektur Upacara membacakan pidato Presiden atau Mentri mengenai sejarah Budi Utomo dan pergerakannya, beberapa anak sesekali mencuri-curi kesempatan bergurau dengan kawan disebelahnya untuk menghalau bosan. Upacara selesai, pesan yang disampaikan ikut menguap diterpa angin. Sunyi, lupa. A. Umar Said dalam artikelnya yang berjudul “Membangkitkan Kembali Bangsa Dengan Jiwa Besar Bung Karno” menyebut fenomena ini sebagai upacara ritual yang mengambang, yang tidak berbobot, yang dangkal, dan yang sama sekali tidak berisi pesan-pesan berarti.  
Sangat disayangkan jika tanggal 20 Mei yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional berdasarkan sejarah hanya dijadikan seremonial belaka. Maksud baik untuk mengapresiasi jasa para pahlawan di masa lalu tidak mendapat respon positif dari para pelajar. Oleh karenanya mari kita rangkul remaja untuk duduk bersama, berhenti sejenak memaknai hari Kebangkitan Nasional yang sesungguhnya. Agar mereka memahami sejarah, berkaca dari spirit perjuangan para pahlawan lantas bergerak dan berjuang dengan caranya memajukan negeri tercinta Indonesia.

PENTINGNYA MEMAHAMI SEJARAH
Banyak orang yang menilai bahwa sejarah itu tidak penting, ada pula yang beranggapan masa lalu biarlah berlalu. Dalam Islam sejarah merupakan hal yang sangat penting, tak kurang dari dua pertiga isi Al Quran adalah sejarah meskipun kita tak bisa menyebut Al Quran sebagai kitab sejarah. Bung Karno dalam salah satu pidatonya pernah mengatakan “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” sebuah seruan yang harus terus digaungkan sepanjang zaman. Bangsa yang melupakan sejarah, akan dengan mudah tercerabut dari akar sejarah itu sendiri, dan menjadi bangsa antah berantah. Indonesia, sebagai sebuah bangsa dan negara yang sedang dalam proses melupakan sejarah. (Roso Daras, 2001)
Remaja sebagai penerus estafet perjuangan harus memahami sejarah dan mampu memaknainya dengan baik. Bukan sekedar cerita menjelang tidur namun harus mampu mengambil ibrah (hikmah) perjuangan para pahlawan di masa lalu, memperoleh inspirasi dan motivasi untuk maju dan bangkit meraih masa depan. Pun dalam moment hari Kebangkitan Nasional ini, pelajar harus memahami sejarah Hari Kebangkitan Nasional yakni masa bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia.
Organisasi Boedi Oetomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji serta digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo pada awalnya bukan organisasi politik, tetapi lebih kepada organisasi yang bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun seiring waktu Boedi Oetomo kemudian menjadi cikal bakal gerakan yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia.
Berturut-turut setelah Boedi Oetomo didirikan pada tahun 1908 diikuti berdirinya Partai Politik pertama di Indonesia Indische Partij pada tahun 1912, kemudian pada tahun yang sama Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta, Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang. 
Karena dianggap sebagai organisasi yang menjadi pelopor bagi organisasi kebangsaan lainnya sebagaimana disebutkan di atas, maka tanggal kelahiran Boedi Oetomo yaitu 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

BANGKIT ITU…
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kebangkitan Nasional berarti bangkitnya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa melawan dan mengusir penjajah melalui berbagai cara. Pada tahun 2015 jumlah penduduk miskin diprediksikan mencapai 30,25 juta orang atau sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Indonesia. (Republika, 2 Sya'ban 1436 / 20 Mei 2015).
Masih tingginya angka kebodohan, kemiskinan, angka pengangguran yang makin meningkat mengindikasikan bahwa pesan pejuang untuk bangkit dari keterjajahan yang sesungguhnya belum tercapai. Pelajar sebagai calon penerus perjuangan bangsa Indonesia untuk bangkit dari keterjajahan ekonomi, pendidikan dan pemikiran diharapkan bisa bangkit dengan caranya, bisa berjuang sesuai porsinya sebagai pelajar dengan melakukan berbagai kegiatan yang positif diantaranya :
1.      Meraih prestasi gemilang.
Tugas utama seorang pelajar adalah belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Wujud kesungguhan itu adalah sebuah prestasi yang gemilang dalam bidang apapun yang diminati. Seorang pelajar harus memiliki need for achievement (kebutuhan untuk berprestasi yang mengacu pada dorongan kuat pada diri seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan.
Individu yang memiliki Need for Achievement yang tinggi umumnya selalu ingin menghadapi tantangan baru. Ciri-ciri seseorang yang memiliki Need for Achievement adalah berusaha melakukan sesuatu dengan kreatif dan inovatif dan mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya. Pelajar Indonesia hendaknya memiliki motivasi berprestasi yang tinggi sehingga diharapkan mampu menjawab tantangan jaman. Mampu bersaing dengan pelajar dari negara lain, percaya diri dan inovatif.
2.      Mengisi waktu luang dengan kegiatan positif
Waktu luang yang dimiliki pelajar berpotensi untuk diisi dengan kegiatan yang tidak bermanfaat seperti balap motor liar, belajar merokok, pacaran dan lain sebagainya. Untuk menghindari perbuatan-perbuatan tersebut hendaknya pelajar bisa memilah aktivitas yang bermanfaat untuk dirinya dan masa depannya diantaranya dengan :
a.       Olah raga
b.      Melukis
c.       Bermain music
d.      Menulis cerpen, puisi atau karya sastra lainnya
e.       Berorganisasi

Pelajar Indonesia, saatnya kita bangkit dan mulai bergerak dari diri sendiri. Semua hal yang besar pasti berawal dari hal kecil. Apapun yang saat ini mahir kita lakukan berawal dari jatuh bangun belajar yang tidak mudah. Mari kita apresiasi perjuangan para pahlawan Negara kita dengan mulai memperbaiki diri, berbenah meraih prestasi gemilang dan mengisi kehidupan dengan kegiatan positif dan bermanfaat. Bukankah seribu langkah selalu berawal dari satu langkah pertama?

Pelajar ayo bangkit….

Rejomulyo, 20 Mei 2015

Sumber :
ROSO DARAS, 2001, Aktualisasi Pidato Terakhir Bung Karno: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Never Leave History; Grasindo (PT Gramedia Widiasarana Indonesia)
http://nasional.republika.co.id/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

~HUJAN~⠀

“AKU INGIN TERUS SEKOLAH, BU..”

“BOLEHKAH AKU IKUT BELAJAR?”