My love, My Fikr

Fikri usia 7 bulan
Dua bulan setelah melahirkan saya ‘harus’ kembali ke kampus untuk menyelesaikan skripsi. Semester 10 ini saya harus selesai, malu rasanya molor 2 semester, apalagi kalau lebih. Begitu tekat saya. Di kampus, sebenarnya masih banyak juga teman seangkatan yang belum selesai. Saya masih mending ‘cuma’ skripsi aja itu pun bab terakhir, teman-teman ada yang masih harus masuk kelas karena ada mata kuliah yang belum kelar. Alhamdulillah batin saya,   alhamdulilah-nya orang kepepet hehehehe.
Saat-saat seperti itulah saya sering bertemu teman-teman senasib sepenanggungan. Beberapa teman yang tau saya habis melahirkan menanyakan bagaimana proses persalinan saya. Dengan senang hati saya ceritakan perjuangan saya yang sungguh heroik itu :). Bahwa kesan pertama melahirkan ini sungguh kurang menyenangkan sebab bayi saya harus dilahirkan dengan tindakan vakum. Kepala bayi ditarik menggunakan sebuah alat agar dia mau keluar.
Fikri usia 4 bulan
Tiba-tiba seorang teman yang saat itu sedang magang di sebuah Sekolah luar biasa berkomentar. Dia menilai saya terlalu ceroboh mengambil keputusan melahirkan dengan tindakan itu. Anak asuhnya ditempat dia magang banyak yang memiliki riwayat kelahiran dengan tindakan seperti itu. Hiks....
Sampai di rumah sambil memandangi wajah lucunya air mata yang saya tahan sejauh 25 km (Landungsari-Tumpang Mlg) bobol juga. Saya menangis tersedu sedu sambil memeluk anak saya yang tertidur lelap. Suami yang melihat pemandangan itu jadi bingung dibuatnya. Sambil terisak-isak saya bercerita. Suami saya tersenyum lantas mengatakan "Kita doakan anak kita ini tumbuh sehat, cerdas dan sholeh. Tidak ada yang bisa menghalangi jika Allah berkehendak dia menjadi anak yang sehat dan cerdas seperti namanya, Fikri". Tenang hati saya. Masih terisak saya berdoa. 
Seiring berlalunya waktu, anak saya tumbuh dengan baik. Sayapun tidak pernah melupakan peristiwa itu meskipun kemudian tidak pernah lagi bertemu dengan teman saya itu setelah wisuda. Tapi saya berkeyakinan jika Allah menghendaki anak saya tumbuh normal maka tidak ada suatu apapun yang bisa menghalanginya, maka saya mengasuh Fikri dengan menyingkirkan semua perasaaan khawatir dan was-was akan tumbuh kembangnya. Saya berprasangka baik kepada Allah bahwa anak saya baik-baik saja dan saya terus berdoa. Tidak hanya selesai sholat saya berdoa saat saya memandanginya ketika dia tertidur, saat saya menyuapinya bubur, menetekinya, kapan saja saya ingat saya berdoa berdoa dan berdoa.
Saya dan suami mendidik Fikri dengan cara kami sendiri. Saya yang memang berpembawaan seneng ngomong saya ajak anak saya ngomong apa aja, saya bercerita apa saja, perasaan saya, siapa tetangga yang tadi lewat menyapa saya, apa saja. Apa saja yang saya lihat dan saya dengarkan. Suami saya yang sabar dan telaten membacakan dia buku cerita di setiap waktu luangnya dan selalu membeli buku cerita setiap kali pulang dari dinas ke luar kota (dan itu dilakukan terus sampai sekarang fikri sudah 3 tahun). Saya pantau terus perkembangan buah hati saya, alhamdulillah normal-normal saja. Umur 4 bulan tengkurap, 7 bulan merangkak, 1 tahun berjalan. Perkembangan motorik dan bahasanya juga bagus.
Fikri umur 6 tahun, Juara 3 lomba Robotik
Alhamdulillah… rasanya bahagia sekali menyaksikan buah hati kita tumbuh sehat. Sekarang Fikri-ku sudah 3 tahun 3 bulan. Sudah sekolah, sehat dan pintar menyanyi. Kalau dia bicara kalimatnya jelas dan runtut seperti anak usia 4 tahun.  
Subhanallah, alhamdulillah… begitulah, jika Allah berkehendak maka tiada satu apapun yang dapat menghalanginya. Saya yakin, Allah berkehendak baik pada anak saya maka sepotong alat bernama vakum itupun tak dapat menghalangi pertumbuhan anak saya menjadi anak yang normal. Jika seperti ini “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?”

#Ditulis 07 Oktober 2007#



Agustus tahun ini usianya 9 tahun, alhamdulillah dia cerdas. Pintar mengaji dan sering menjuarai beberapa perlombaan. Tetap rendah hati ya le...
Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina QURRATA A'YUN  waj'alna lil MUTTAQIINA IMAAMA...Amien Ya Rabbal 'Alamin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

~HUJAN~⠀

“AKU INGIN TERUS SEKOLAH, BU..”

“BOLEHKAH AKU IKUT BELAJAR?”