Hujan adalah rahmat, menikmati suara hujan seindah musik yang menenangkan. Mencintai rintiknya seperti berada dalam labirin damai yang membuat kita enggan beranjak.⠀ ⠀ Suamiku adalah penikmat hujan dan aku mencintai rinainya. Bau tanah basah setelah hujan terasa segar melonggarkan paru-paru. Maka, Ketika banyak orangtua menyimpan anaknya dan mengunci rapat pintu rumah saat hujan turun, tidak dengan kami.⠀ ⠀ Hujan deras dan anak-anak sehat, itulah waktu yang tepat untuk bersenang-senang bersama mereka. Bermain air, bersepeda, berkejaran dibawah derasnya air langit. ⠀ ⠀ Dulu, saat anak-anak bermain hujan seperti itu orang yang lewat didepan rumah meneriaki mereka agar segera berteduh dan berganti baju. Anak-anak akan membalas dengan senyuman dan kalimat yang diajarkan ayahnya, "inggih pakde/budhe, maturnuwun. Insya allah mboten nopo-nopo" (iya pakde/budhe, terima kasih. Insya Allah tidak apa-apa)⠀ ⠀ Terimakasih telah mengkhawatirkan kami. Tapi sungguh anak-anak baik-...
“Buu…pinjam pel-pelan boleh?? Ada yang ngompol” Tiga anak kelas 7E berlarian menuju ruang BK meminjam alat pel. Saya yang sedang fokus entry data sosiometri menjadi terkejut dengan kedatangan anak-anak itu. What?? Apa tadi, ngompol?? Apa aku salah dengar, batin saya. “Eh, ngompol? Ada yang ngompol apa becanda nih kalian?” saya memastikan pendengaran saya masih normal. “Beneran buu, ngompol. Pesing bangeett…” kata Tika satu diantara tiga anak yang paling centil sambil mengibas-ngibaskan tangan didepan hidung. “Yo wis, sana bawa alat pelnya. Jangan lupa dicuci sampe bersih ya”, mereka langsung mengambil alat pel dan berlari ke kelasnya. Saya jadi penasaran, siapa yang mengompol. Tujuh tahun menjadi Guru SMP baru kali ini ada murid yang ngompol. Ah jadi penasaran, saya tutup laptop lalu berjalan ke 7E, kelas yang berisi anak-anak super heboh. Saat tiba disana, wali kelasnya sibuk mengistruksikan ini dan itu. Bangku-bangku depan sudah berpindah posisi, mepet-mep...
Aku pernah menjadi Guru les anak SD saat mengikuti suami yang bertugas di sebuah desa kecil di selatan Malang. Sering ditinggal karena dia harus menyelesaikan kuliah pasca sarjana disela-sela waktunya bekerja. Untuk membunuh sepi, setiap sore ada sepasang kakak beradik yang datang kerumah, mereka masih kerabat suami. Dua anak ini bernama Ima dan Lana, kelas 1 dan 5 SD. Kami bercerita dan menyanyi bersama, tak jarang sambil belajar dan mengerjakan PR sampai malam. Jam 3 sore biasanya bayi Fikri sudah mandi dan duduk manis di baby walker menunggu Ima dan Lana datang. Sambil menunggu dua anak itu, aku menyelesaikan pekerjaan rumah yang masih tertunda. Ruang tamu dan ruang tengah rumah kami hanya disekat dengan selembar kain. Dari balik tirai kudengar Fikri tertawa-tawa, padahal belum terdengar suara Ima dan Lana. Biasanya dua anak itu datang dengan penuh keributan. Kusibak tirai, seorang anak laki-laki sedang duduk melantai didekat pintu, becanda dengan Fikri. Aku sering melih...
Komentar
Posting Komentar