~AGRESIF~⠀
Jam 10 pagi, anak2 berlarian menuju ke gedung sebelah selatan yang dihuni kelas 7. Ada perkelahian, dua anak perempuan saling dorong disaksikan teman-teman satu sekolah. Yang satu menangis sementara satu lagi berteriak-teriak sambil terus menyerang. Tak malu disaksikan dan disoraki teman-temannya.⠀
⠀
Dilerai oleh rekan guru kemudian digandeng ke ruang BK. Dua anak perempuan cantik duduk berseberangan, saya ditengah. Sebelah kanan saya kelas 9. Cantik, putih, rambut panjang sebahu dikuncir satu - sebut saja Mawar- menatap dengan penuh amarah pada gadis yang duduk di kiri saya, anak kelas 7. Tak kalah cantik, bening, berkerudung. Menunduk memainkan jemari dipangkuannya, namanya Melati.⠀
⠀
Jadi ceritanya Mawar cemburu pada Melati. Suatu hari dia memergoki Juve, pacarnya sering berbalas pesan dan berbalas komen di facebook dengan Melati.⠀
⠀
Saya tepok jidat dan prihatin setengah mati melihat anak jaman sekarang. Baru pacaran saja sampai segitunya. Duh naak, belum tentu itu jodohmu. Bisa bisa kamu cuman jagain jodoh orang, hehe...⠀
⠀
Beberapa tahun terakhir, grafik perkelahian disekolah kami didominasi oleh kaum perempuan. Saya amati memang sebagian besar anak perempuan sekarang cenderung lebih agresif. ⠀
⠀
Menurut saya, banyak hal yang mempengaruhi tingkat agresifitas pada anak perempuan jaman sekarang diantaranya :⠀
⠀
1. Televisi. ⠀
Saat saya minta membuat jadwal kegiatan harian, semua anak di kelas 7 memiliki jadwal menonton TV. Mereka memasukkan nonton TV sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari.⠀
⠀
Apa yang ditonton?⠀
Hampir semua menjawab sinetron, itulah yang direkam alam bawah sadar anak lantas membawanya dalam pergaulan. Membuat aturan sendiri yang mereka adopsi dari sinetron dan tayangan lain di televisi. Akhirnya anak menentukan normanya sendiri. Tak lagi peduli dimana mereka tinggal.
2. Handphone
Dari 600 murid saya tak sampai 10 persen yang tidak memiliki Hp. Hampir semua Hp yang mereka miliki adalah smartphone.
Dari hp yang canggih anak bisa mengakses apa saja. Tanpa pendampingan orang tua anak akan semaunya membuka situs orang dewasa. Mereka menjadi dewasa sebelum waktunya.
Orangtua, barangkali perlu menimbang lagi saat memutuskan memberi hp kepada anak. Jikapun dirasa harus punya hp, orangtua hendaknya tetap melakukan kontrol dan memiliki akses ke hp ananda.
3. Peran Ibu
Enam dari sepuluh anak perempuan yang saya tanya mengaku tidak pernah curhat kepada ibunya.
Ibu selalu terlihat sibuk, ibu tak punya waktu sebab mengurus adik, ibu selalu marah-marah, ibu jarang dirumah. Itu diantara alasan anak2 yang tidak akrab dengan ibunya.
Ibu diharapkan mendampingi remajanya bertumbuh sebagai sahabat yang disenangi, sehingga paham apa yang mereka inginkan. Dengan mendampingi kita bisa sekaligus mengawasi tanpa mereka merasa dikekang dan dikungkung.
Save our girl... Mari bertumbuh bersama remaja. Mendidik mereka dengan cinta. Bonusnya, kita merasa terus muda.
good job bu (y)
BalasHapusApa kabar yem...bgmn kelanjutan blogmu?
Hapussaluuut...
BalasHapussemoga aku juga bisa menjadi sahabat buat anak wedokku
Amien...sahabat terbaik unt anak2 gadis kita
Hapus