Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Romansa

"Ini Anggriani? Bukan Anggraini?" Tanyanya sebelum membubuhkan tanda tangan. Saya mengangguk. Kemudian saya balik bertanya "ini, bener begini saja? Nama panjangnya siapa?" Dia tertawa "ini nama pendeknya" Saya tertegun "wah salah dong surat ini" "Nama panjang saya Hermaaaaaaaaaannnnn" katanya sambil tertawa. Saya tertawa.... "Pake saja hp ini untuk beberapa hari kedepan, yang ini saya settingkan" katanya sambil menyodorkan Nokia 3315 nya. Saya baru beli sony ericson, belum bisa makainya. Ribet. Kami bertukar hp di perpustakaan. Dua hari hp itu saya bawa, kost2an saya kemalingan dan diantara barang yang hilang adalah si Nokia 3315 itu. Miliknya. Saya menangis. Saya takut setengah mati dia marah karena saya tahu sejarah hp itu. Dia membelinya dengan menabung dulu, uang honor tulisan2an dia di koran. Saya (sambil menangis) menelponnya melalui wartel didepan kost an. Tak sampai setengah jam dia datang. Tenang, tersenyum, ti...

WAHAI PELAJAR, MARI BERHENTI SEJENAK… (Renungan Untuk Pelajar Dalam Memaknai Hari Kebangkitan Nasional)

Oleh : Novie Anggriani, S.Psi Tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Bagi pelajar kegiatan rutin yang dilakukan adalah Upacara Bendera. Berdiri ditengah terik mentari pagi menjelang siang, mendengarkan inspektur Upacara membacakan pidato Presiden atau Mentri mengenai sejarah Budi Utomo dan pergerakannya, beberapa anak sesekali mencuri-curi kesempatan bergurau dengan kawan disebelahnya untuk menghalau bosan. Upacara selesai, pesan yang disampaikan ikut menguap diterpa angin. Sunyi, lupa. A. Umar Said dalam artikelnya yang berjudul “ Membangkitkan Kembali Bangsa Dengan Jiwa Besar Bung Karno” menyebut fenomena ini se bagai upacara ritual yang mengambang, yang tidak berbobot, yang dangkal, dan yang sama sekali tidak berisi pesan-pesan berarti.   Sangat disayangkan jika tanggal 20 Mei yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional berdasarkan sejarah hanya dijadikan seremonial belaka. Maksud baik untuk mengapresiasi jasa para pahlawan di masa lalu t...

Nike dan Fikri

Gambar
dua minggu yang lalu... "ayah aku pengen beli sepatu NIKE" "uangmu berapa?" "150 ribu yah...tapi sepatu reebok ku yang aku kekecilan itu mau tak jual" "ya udah kakak kumpulkan uang aja dulu" seminggu kemudian di sport station.. "ayah..aku pengen yang ini. tp uangku masih kurang" "ayah mau belikan tapi yang ini (pegang skechers) pakai uang ayah full. uangmu ditabung lagi aja" "nggak wis yah, aku maunya NIKE. tak nabung dulu" dan semalam saya menemukan ini di kamar fikri. kalau punya keinginan dia setia dan mau berjuang. okelah kalau begitu le, lanjutkan...

Sepatu roda itu...

Gambar
Ini anakku... Kami memanggilnya kakak.. Saat kami sekeluarga berkunjung ke sport station membeli baju renang untuk adiknya dia menginginkan sepasang sepatu roda. Ayahnya lantas bertanya apakah si kakak punya tabungan atau tidak sebab sepatu roda tidak masuk dalam anggaran belanja kami. Dia berkata punya tigaratus ribu di bank dan entah berapa ribu di celengan spidermannya.       Sampai di rumah celengan spiderman itu dibuka ternyata ada 380 rb harga sepatu roda itu 400 rb, 20 rb dari ayah bisa  untuk membeli sepasang sepatu roda berwarna hitam dengan kombinasi oranye. Cukup satu hari ternyata dia sudah bisa mengendalikan sepatu itu. Sehari saja...padahal saya sempat meragukannya. Ternyata dia konsisten terhadap keputusannya, sepatu roda itu tidak mangkrak di rak sepatu tapi setiap sore dipakai si kakak jalan2 melatih kelenturan kakinya. Proud of you boy.. 

Aktivis

Gambar
Tahun lalu saat akan mengadakan kaderisasi pengurus OSIS seeorang menemui saya untuk mengundurkan diri. Ia khawatir fokus belajarnya akan terganggu jika dia aktif menjadi pengurus OSIS. Berorganisasi memang membutuhkan energi ekstra, minat dan keikhlasan. Ketika memutuskan untuk menjadi aktvis maka detik itu pula kita sudah menyepakati untuk meluangkan waktu memikirkan rencana strategis organisasi, merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, menjadi pelaksana teknis suatu acara, mengevaluasi hal-hal yang sudah terlaksana, yang semua itu menuntut perhatian tambahan dan kecerdasan managemen waktu. Belum lagi menghadapi pergesekan antar personil, salah paham, beda pendapat dan banyak hal lain yang berpotensi memantik konflik. Yang semua itu membutuhkan keluasan hati, kejernihan pikiran dan kecerdasan managemen konflik. Jika mau disadari sesungguhnya berorganisasi merupakan kawah candradimuka yang menggodog anggotanya untuk menjadi pribadi yang kuat, tekun, ikhlas dan kreatif....